Pengambilan Keputusan Sebagai
Pemimpin Pembelajaran
Oleh
SINGGIH WIDI PRIYANTO
CGP 2 Kabupaten Kebumen
Seorang
pemimpin pembelajaran diharapkan mampu melakukan pengambilan keputusan
berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran, mampu menyadari dan menggunakan
prinsip moral dalam melakukan pengambilan keputusan dan mampu menerapkan
strategi untuk menghindari adanya isu kode etik kepemimpinan sekolah dan
konflik kepentingan.
Untuk
dapat mengambil sebuah keputusan yang dapat mengakomudasi kepentingan semua
pihak kita harus memperhatikan beberapa hal seperti bagaimana pengalaman Anda
dalam menghadapi situasi seperti ini? Pemikiran-pemikiran yang melandasi
pengambilan keputusan Anda? setelah mengambil keputusan, pernahkah Anda menjadi
ragu-ragu dan menanyakan pada diri Anda sendiri apakah keputusan yang diambil
telah tepat?, apakah ini sesuai peraturan? atau bagaimana panutan anda akan berlaku
dalam hal seperti ini?
1. DILEMA ETIKA
dan BUJUKAN MORAL
Mengingat
pengalaman yang pernah kita alami, dimana kita mengambil sebuah keputusan yang
sulit. Namun perlu kita ketahui bahwa tidak semua keputusan sulit tersebut
merupakan dilema etika dan ada kalanya itu lebih berupa bujukan moral.
a.
Dilema Etika
(benar vs benar) merupakan situasi yang terjadi ketika seseorang harus memilih
antara dua pilihan dimana kedua pilihan secara moral benar tetapi bertentangan.
b. Bujukan Moral (benar vs salah) merupakan situasi
yang terjadi ketika seseorang harus membuat keputusan antara benar atau salah
2. EMPAT PARADIGMA DILEMA ETIKA
Dari
pengalaman kita bekerja kita pada institusi pendidikan, kita telah mengetahui
bahwa dilema etika adalah hal berat yang harus dihadapi dari waktu ke waktu.
Ketika kita menghadapi situasi dilema etika, akan ada nilai-nilai kebajikan
mendasari yang bertentangan seperti cinta dan kasih sayang, kebenaran,
keadilan, kebebasan, persatuan, toleransi, tanggung jawab dan penghargaan akan
hidup. Secara umum ada pola, model, atau paradigma yang terjadi pada situasi
dilema etika yang bisa dikategorikan seperti di bawah ini.
1. Individu lawan masyarakat (individual vs
community). Dalam paradigma ini ada pertentangan antara individu yang berdiri
sendiri melawan sebuah kelompok yang lebih besar di mana individu ini juga
menjadi bagiannya. Bisa juga konflik antara kepentingan pribadi melawan
kepentingan orang lain, atau kelompok kecil melawan kelompok besar.
2. Rasa keadilan lawan rasa kasihan (justice vs
mercy). Dalam paradigma ini ada pilihan antara mengikuti aturan tertulis
atau tidak mengikuti aturan sepenuhnya. Pilihan yang ada adalah memilih antara
keadilan dan perlakuan yang sama bagi semua orang di satu sisi, dan membuat
pengecualian karena kemurahan hati dan kasih sayang, di sisi lain
3. Kebenaran lawan kesetiaan (truth vs
loyalty). Kejujuran dan kesetiaan seringkali menjadi nilai-nilai yang
bertentangan dalam situasi dilema etika. Kadang kita perlu untuk membuat
pilihan antara berlaku jujur dan berlaku setia (atau bertanggung jawab) kepada
orang lain. Apakah kita akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta
atau kita menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau
komitmen yang telah dibuat sebelumnya.
4. Jangka pendek lawan jangka panjang (short term vs long term). Paradigma ini paling sering terjadi dan mudah diamati. Kadang perlu untuk memilih antara yang kelihatannya terbaik untuk saat ini dan yang terbaik untuk masa yang akan datang.
3. TIGA PRINSIP PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Menurut
Kidder (2009 hal 144) menyatakan bahwa dalam pengambilan sebuah keputusan ada
tiga prinsip yang melandasinya dimana ketiga prinsip ini seringkali membantu
dalam menghadapi pilihan-pilihan yang penuh tantangan, dan harus dihadapi pada
dunia saat ini. Ketiga prinsip tersebut yaitu.
1. Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based
Thinking). Prinsip ini dimaksudkan bahwa keputusan yang dilakukan karena
itu yang terbaik untuk kebanyakan orang
2. Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based
Thinking). Prinsip yang dimaksud adalah bahwa keputusan yang diambil
berdasarkan peraturan yang diambil berdasarkan prinsip dan aturan- aturan yang
telah ditetapkan
3. Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based
Thinking). Keputusan yang diambil dengan memikirkan " apa yang anda
harapkan orang lain lakukan terhadap anda" dalam hal ini mengajarkan kita
untuk dapat memikirkan orang lain dan bersikap empati kepada orang lain.
4. KONSEP PENGAMBILAN DAN
PENGUJIAN KEPUTUSAN
Sebagai
seorang pemimpin pembelajaran, kita harus memastikan bahwa keputusan yang kita
ambil adalah keputusan yang tepat. Oleh karena itu perlu dilakukan pengujian
untuk mengetahui apakah keputusan tersebut telah sesuai dengan prinsip-prinsip
dasar pengambilan keputusan secara etis. Di bawah ini adalah 9 langkah yang
telah disusun untuk memandu kita dalam mengambil dan menguji keputusan dalam
situasi dilema etika yang membingungkan karena adanya beberapa nilai-nilai yang
bertentangan diantaranya sebagai berikut. :
1. Mengenal
nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini.
Ada 2 alasan mengapa langkah ini adalah langkah
yang penting dalam pengujian keputusan. Alasan yang pertama, langkah ini
mengharuskan kita untuk mengidentifikasi masalah yang perlu diperhatikan,
alih-alih langsung mengambil keputusan tanpa menilainya dengan lebih saksama.
Alasan yang kedua adalah karena langkah ini akan membuat kita menyaring masalah
yang betul-betul berhubungan dengan aspek moral, bukan masalah yang berhubungan
dengan sopan santun dan norma sosial. Untuk mengenali hal ini bukanlah hal yang
mudah. Kalau kita terlalu berlebihan dalam menerapkan langkah ini, dapat
membuat kita menjadi orang yang terlalu mendewakan aspek moral, sehingga kita
akan mempermasalahkan setiap kesalahan yang paling kecil pun. Sebaliknya bila
kita terlalu permisif, maka kita bisa menjadi apatis dan tidak bisa mengenali
aspek-aspek permasalahan etika lagi.
2. Menentukan
siapa yang terlibat dalam situasi ini.
Bila kita telah mengenali bahwa ada masalah moral
di situasi tertentu. Pertanyaannya adalah dilema siapakah ini? Hal yang
seharusnya membedakan bukanlah pertanyaan apakah ini dilema saya atau bukan.
Karena dalam hubungannya dengan permasalahan moral, kita semua seharusnya
merasa terpanggil.
3. Kumpulkan
fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini
Pengambilan keputusan yang baik membutuhkan data yang lengkap dan detail, seperti misalnya apa yang terjadi di awal situasi tersebut, bagaimana hal itu terkuak, dan apa yang akhirnya terjadi, siapa berkata apa pada siapa, kapan mereka mengatakannya. Data-data tersebut penting untuk kita ketahui karena dilema etika tidak menyangkut hal-hal yang bersifat teori, namun ada faktor-faktor pendorong dan penarik yang nyata di mana data yang mendetail akan bisa menggambarkan alasan seseorang melakukan sesuatu dan kepribadian seseorang akan tercermin dalam situasi tersebut. Hal yang juga penting di sini adalah analisis terhadap hal-hal apa saja yang potensial akan terjadi di waktu yang akan datang.
4. Pengujian
benar atau salah yaitu dengan daftar uji sebagai berikut :.
a. Uji legal
Pertanyaan yang harus
diajukan disini adalah apakah dilema etika itu menyangkut aspek pelanggaran
hukum. Bila jawabannya adalah iya, maka pilihan yang ada bukanlah antara benar
lawan benar, namun antara benar lawan salah. Pilihannya menjadi membuat
keputusan yang mematuhi hukum atau tidak, bukannya keputusan yang berhubungan
dengan moral.
b. Uji Regulasi/Standar Profesional
Bila dilema etika
tidak memiliki aspek pelanggaran hukum di dalamnya, mungkin ada pelanggaran
peraturan atau kode etik. Konflik yang terjadi pada seorang wartawan yang harus
melindungi sumber beritanya, seorang agen real estate yang tahu bahwa
seorang calon pembeli potensial sebelumnya telah dihubungi oleh koleganya? Anda
tidak bisa dihukum karena melanggar kode etik profesi Anda, tapi Anda akan
kehilangan respek sehubungan dengan profesi Anda.
c. Uji Intuisi
d. Uji Halaman Depan Koran
e. Uji Panutan/Idola
5. Pengujian Paradigma Benar lawan Benar
Apa pentingnya mengidentifikasi paradigma, ini
bukan hanya mengelompokkan permasalahan namun membawa penajaman pada fokus
kenyataan bahwa situasi ini betul-betul mempertentangkan antara dua nilai-nilai
inti kebajikan yang sama-sama penting
6. Melakukan Prinsip Resolusi
7. Investigasi Opsi Trilema
Mencari opsi yang ada di antara 2 opsi. Apakah ada
cara untuk berkompromi dalam situasi ini. Terkadang akan muncul sebuah
penyelesaian yang kreatif dan tidak terpikir sebelumnya yang bisa saja muncul
di tengah-tengah kebingungan menyelesaikan masalah
8. Buat Keputusan
Akhirnya kita akan sampai pada titik di mana kita
harus membuat keputusan yang membutuhkan keberanian secara moral untuk
melakukannya.
9. Lihat lagi Keputusan dan
Refleksikan
Ketika keputusan sudah diambil. Lihat kembali proses pengambilan keputusan dan ambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya
Setelah memahami materi modul 3.1 diatas, Berikut pertanyaan pemandu beserta jawaban terkait tugas Demosntrasi kontekstual pada modul 3.1 ini :
1. Bagaimana Anda nanti akan mentransfer dan
menerapkan pengetahuan yang Anda dapatkan di program guru penggerak ini di
sekolah/lingkungan asal Anda?
- Konsultasi dan
koordinasi dengan kepala sekolah tentang pentingya pengambilan keputusan
sebagai pemimpin pembelajaran.
- Sosialisasi dan
berbagi ilmu kepada rekan sejawat melalui komintas praktisi tentang program
guru penggerak bagaimana pengambilan keputusan yang baik sebagai pemimpin
pembelajaran.
2. Apa langkah-langkah
awal yang akan Anda lakukan untuk memulai mengambil keputusan berdasarkan
pemimpin pembelajaran?
-
Penerapan pada
diri sendiri.
- Penerapan pada
murid di kelas sebagai pemimpin pembelajaran.
-
Penerapan pada
lingkungan sekolah.
3. Mulai kapan Anda akan menerapkan langkah-langkah tersebut, hari ini, besok, minggu depan, hari apa? Catat rencana Anda, sehingga Anda tidak lupa.
Penerapan sedini mungkin saya lakukan pada diri sendiri ,dikelas atau di lingkungan sekolah. Ketika ada sebuah dilemma etika ataupun bujukan moral yang terjadi penerapan langkah-langkah dalam pengambilan keputusan akan dilaksanakan.
4. Siapa yang akan menjadi pendamping Anda, dalam menjalankan pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran? Seseorang yang akan menjadi teman diskusi Anda untuk menentukan apakah langkah-langkah yang Anda ambil telah tepat dan efektif.
Yang menjadi pendamping ketika mengambil keputusan adalah kepala sekolah,rekan sejawat atau pun komunitas praktisi dan bahkan mungkin melibatkan orang tua siswa.
Komentar
Posting Komentar